Kamis, 26 April 2012

P2M HIMASRA UPI (Pengabdian Pada Masyarakat Himpunan Mahasiswa Seni Rupa UPI)

Himpunan Mahasiswa Seni Rupa (Himasra), Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS), Universitas Pendidikan Indonesia(UPI) melakukan pengabdian pada masyarakat 26 April sampai dengan 30 April 2012 di Desa Neglasari, Kecamatan  Ibun, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat.
Ketua pelaksana Redy N. Saputra menjelaskan, sasaran kegiatan adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia; Siswa PAUD, SD, dan SMP Galudra; Dan masyarakat Desa Neglasari 170 Kepala Keluarga.

Dalam bidang pendidikan dan sosial kemasyarakatan, mahasiswa alam mengadakan diskusi terbuka dengan masyarakat (terutama orang tua) tentang pentingnya pendidikan dan metode pengajaran yang tepat bagi anak; Mengoptimalkan kegiatan pengajian masjid dan pengajian madrasah di desa; Merenovasi mesjid Nurul Huda; Bekerja sama dengan lembaga pusat pendidikan nonformal untuk tindak lanjut program pendidikan di Desa Neglasari; Mengadakan kegiatan belajar tambahan bagi siswa PAUD, SD dan SMP.
Dalam bidang kesejahteraan dan lingkungan hidup, Himasra mengadakan kerja bakti pembersihan lingkungan dengan masyarakat; Mengadakan penyuluhan kreativitas bersama ibu-ibu PKK; Baksos, membagikan pakaian layak pakai; Mengadakan penyuluhan kesehatan serta pemeriksaan tensi darah gratis; Dan merenovasi Masjid Al-Furqon.
Dalam bidang olah raga dan kesenian, Himasra akan mengadakan workshop kesenirupaan untuk siswa SD, SMP Galudra dan ibu-ibu PKK; Dan menyelenggarakan malam kesenian dengan nonton film bareng.
Redy N. Saputra menjelaskan, di dalam perkuliahan, mahasiswa mendapatkan teori selama perkuliahan dan harus diimplementasikan kepada masyarakat luas. Jadi, peran mahasiswa yang notabenenya sebagai agen perubahan dapat benar-benar teraplikasikan. Dengan Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) 2012 ini diharapkan mahasiswa dapat mengimplementasikan teori yang didapat di perkuliahan, baik itu ilmu pendidikan kesenirupaan ataupun keorganisasian .
"Hal tersebut tidak hanya bisa di praktikkan di kampus, tapi harus diimplementasikan ke masyarakat. Besar harapan kami melalui kegiatan ini dapat tercipta dan terbina rasa persaudaraan dan kerja sama yang erat antara mahasiswa dan masyarakat,” ujar Redy N. Saputra.
Dikemukakan, perguruan tinggi sebagai lembaga pencetak agen perubahan yaitu mahasiswa sangat berpengaruh keberadaannya dalam masyarakat. Mahasiswa pada hakikatnya dapat menghadapi segala tantangan perkembagan zaman yang kerap kali muncul pada masyarakat. Oleh sebab itu, keberadaan mahasiswa di tengah masyarakat sebagai produk perguruan tinggi sangat dibutuhkan untuk menghadapi tantangan zaman.
Mahasiswa sebagai agen perubahan yang berbekal pendidikan, pengalaman organisasi, pola pikir dan etos kerja dalam organisasi mahasiswa di perguruan tinggi, diharapkan dapat menjadi sebuah modal untuk menghadapi permasalahan pembangunan masyarakat.
“Rasa persaudaraan dan kepedulian mahasiswa dengan terjun langsung ke tengah masyarakat adalah bentuk nyata kepedulian mahasiswa sekaligus sebuah sanggahan untuk masyarakat yang menyatakan mahasiswa sebagai elite sosial yang tidak menyatu dengan masyarakat,” kata Redy N. Saputra selanjutnya.
Sebagai bagian dari masyarakat, mahasiswa seharusnya mendekatkan diri pada masyarakat untuk mengikis watak individualis yang secara tidak sengaja terbentuk karena lingkungan dan kesibukan perkuliahan.
Pendekatan diri secara sosial dengan masyarakat memang tidak hanya cukup dengan datang atau bakti sosial saja. Namun harus ada kesan positif dari masyarakat terhadap Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat yang tidak terpisahkan melalui kegiatan atau praktik nyata dari teori masyarakat yang didapat di bangku perkuliahan atau diskusi kemasyarakatan yang banyak diadakan oleh organisasi mahasiswa.
Himasra, kata dia, sebuah organisasi mahasiswa di kampus yang orientasinya sebagai wadah berkesenian, menampung segala pemikiran mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Rupa merupakan mahasiswa yang dicetak sebagai mahasiswa yang dituntut peka terhadap perkembangan seni rupa di Indonesia, masyarakat menjadi tolak ukur pemikiran para akademisi seni rupa. (WAS)