Sabtu, 27 April 2013

Ulasan KSS Erwin Windu Pranata

Menelisik Ekplorasi Kekaryaan Erwin Windu Pranata Dalam Kuliah Santai Sore

Bertempat di Basement FPBS UPI, Himpunan Mahasiswa  Seni Rupa UPI (HIMASRA) menggelar acara Kuliah Santai Sore pada Kamis (25/4).  Kuliah Santai Sore kali ini menghadirkan Erwin Windu Pranata (Ewing) sebagai pembicara, serta Mufti Priyanka (Ameng) sebagai moderator.   Acara yang sejak awal dibuka, dipenuhi para peserta  yang  tidak hanya dihadiri oleh Mahasiswa Jurusan Seni Rupa saja,  melainkan dihadiri pula oleh peserta di luar jurusan senirupa, memunculkan sebuah pemahaman  bahwa studi seni rupa, nyatanya diminati oleh berbagai golongan.

Erwin Windu Pranata atau yang kerap disapa Ewing, merupakan salah satu seniman muda lulusan Jurusan Senirupa UPI Bandung.  Karya-karya yang dibuatnya di dominasi oleh karya berbentuk patung dengan beragam material seperti ; kain, resin, iron plate, karet dan lain sebagainya.  Eksplorasi dalam membuat karya dilakukan Ewing sejak masih menjadi seorang mahasiswa. 

Menurutnya, masa-masa kuliah adalah saat yang tepat untuk melakukan eksplorasi karya, karena jika gelar mahasiswa itu telah tiada, maka pertanggung jawaban pada sebuah karya akan tertuju pada gelar atau pencitraan orang yang membuatnya.  Sebut saja jika seorang seniman membuat karya seni, dan publik menilai karyanya kurang memuaskan, maka hal tersebut akan berdampak pada pencitraannya dimata masyarakat.  Berbeda dengan mahasiswa yang jika karya yang dibuatnya kurang memuaskan, selalu saja dimaklumi.  Seperti anekdot yang sering kita dengar  jika melihat karya seorang mahasiswa yang kurang memuaskan, maka munculah celotehan; “Maklum namanya juga Mahasiswa”.
 Dalam konsep kekaryaan, Ewing  selalu menempatkan dirinya sebagai seorang idola.  Hal tersebut dapat tergambar dalam karyanya yang berjudul “Burning Desire”  yang menampilkan visual berbentuk kapsul berwarna kuning dengan sebuah kotak menggambarkan kaca yang menampilkan wajahnya di dalam air.  Kemudian dalam karyanya yang berjudul “Play Me : The Good, The Bad and The Restless” yang dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia menampilkan kembali wajah dirinya di dalam karya tersebut,  dari karya inilah Ewing meraih nominasi  3 besar dalam Indonesia Art Awards (IAA) 2010. 

Selain memposisikan diri sebagai idola dalam kebanyakan karya yang dibuatnya, unsur Toys pun banyak ditemukan dalam karya – karya Ewing.  Visualisasi karya berbentuk kapsul merupakan ide yang bersumber dari mainan mighty beanz, yaitu mainan berbentuk kapsul yang tidak dapat terguling.  Konsep tersebut menyiratkan makna dari sikap Ewing yang berusaha tegar walaupun dipermainkan.
Pembahasan mengenai karya-karya Ewing memang sangat menarik dan sangat panjang  jika dijabarkan secara rinci.  Dengan adanya materi singkat dalam acara kuliah santai sore, setidaknya para peserta dapat mengetahui konsep maupun metode yang dilakukan Ewing dalam berkarya.  Dengan demikian dapat menambah wawasan bagi para peserta sebagai suatu rangsangan serta  pembekalan untuk mengeksplorasi karya.

 Cinde, Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia, menyatakan, bahwa pengalamannya mengikuti kuliah santai sore dapat mengasah rasa menjadi semakin tajam sebagai bahan baginya dalam berkarya, dari Ewing ia mendapatkan sebuah pemahaman bahwa proses kreatif itu bisa didapat, bahkan dari sebuah kemonotonan, tentunya semua itu tergantung pribadi yang mengolahnya, apa akan dibuat menjadi suntuk atau bahkan menjadi sebuah ekspresi diri yang menjadikan kekuatan bagi karya yang akan dibuat.  Kemudian Ari, Mahasiswa Pendidikan Seni Tari mengungkapkan, bahwa kuliah santai sore dapat memberikannya sebuah materi yang tidak didapatkan di dunia perkuliahan secara formal. Hal serupa juga diungkapkan oleh Raray Istianah, Mahasiswa Pendidikan Seni Rupa yang mengatakan bahwa kuliah santai sore ini dapat menjadi suatu sharing pengalaman melalui  tanggapan seorang seniman mengenai karya seni yang dibuatnya yang menjadi pemahaman dunia kesenirupaan saat ini. 

 Para peserta berharap, acara kuliah santai sore dapat dilakukan secara rutin, sehingga pemahaman mereka mengenai dunia kesenirupaan dapat terasah dengan baik.  Selain itu, acara kuliah santai sore dapat memberikan wawasan yang didapatkan secara langsung melalui seniman sebagai pembicaranya.  Hal yang sangat mahal, mengingat diskusi mengenai kesenirupaan masih sangat jarang dilakukan, terutama wilayah kampus Universitas Pendidikan Indonesia.

*Penulis, Fahrul Satria N, Ketua Divisi Jurnalistik HIMASRA
Photo takked by : yuan, zam, gblh, budi