Menelisik Ekplorasi Kekaryaan Erwin Windu
Pranata Dalam Kuliah Santai Sore
Bertempat di
Basement FPBS UPI, Himpunan Mahasiswa
Seni Rupa UPI (HIMASRA) menggelar acara Kuliah Santai Sore pada Kamis
(25/4). Kuliah Santai Sore kali ini
menghadirkan Erwin Windu Pranata (Ewing) sebagai pembicara, serta Mufti
Priyanka (Ameng) sebagai moderator. Acara yang sejak awal dibuka, dipenuhi para peserta yang tidak
hanya dihadiri oleh Mahasiswa Jurusan Seni Rupa saja, melainkan dihadiri pula oleh peserta di luar
jurusan senirupa, memunculkan sebuah pemahaman
bahwa studi seni rupa, nyatanya diminati oleh berbagai golongan.
Erwin Windu Pranata atau yang kerap disapa Ewing, merupakan
salah satu seniman muda lulusan Jurusan Senirupa UPI Bandung. Karya-karya yang dibuatnya di dominasi oleh
karya berbentuk patung dengan beragam material seperti ; kain, resin, iron
plate, karet dan lain sebagainya.
Eksplorasi dalam membuat karya dilakukan Ewing sejak masih menjadi
seorang mahasiswa.
Menurutnya, masa-masa kuliah adalah saat yang tepat untuk
melakukan eksplorasi karya, karena jika gelar mahasiswa itu telah tiada, maka
pertanggung jawaban pada sebuah karya akan tertuju pada gelar atau pencitraan
orang yang membuatnya. Sebut saja jika
seorang seniman membuat karya seni, dan publik menilai karyanya kurang
memuaskan, maka hal tersebut akan berdampak pada pencitraannya dimata
masyarakat. Berbeda dengan mahasiswa
yang jika karya yang dibuatnya kurang memuaskan, selalu saja dimaklumi. Seperti anekdot yang sering kita dengar jika melihat karya seorang mahasiswa yang
kurang memuaskan, maka munculah celotehan; “Maklum
namanya juga Mahasiswa”.
Selain memposisikan diri sebagai idola dalam kebanyakan
karya yang dibuatnya, unsur Toys pun
banyak ditemukan dalam karya – karya Ewing.
Visualisasi karya berbentuk kapsul merupakan ide yang bersumber dari
mainan mighty beanz, yaitu mainan
berbentuk kapsul yang tidak dapat terguling. Konsep tersebut menyiratkan makna dari sikap
Ewing yang berusaha tegar walaupun dipermainkan.
Pembahasan mengenai karya-karya Ewing memang sangat menarik dan
sangat panjang jika dijabarkan secara
rinci. Dengan adanya materi singkat
dalam acara kuliah santai sore, setidaknya para peserta dapat mengetahui konsep
maupun metode yang dilakukan Ewing dalam berkarya. Dengan demikian dapat menambah wawasan bagi
para peserta sebagai suatu rangsangan serta
pembekalan untuk mengeksplorasi karya.
Cinde, Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia, menyatakan,
bahwa pengalamannya mengikuti kuliah santai sore dapat mengasah rasa menjadi
semakin tajam sebagai bahan baginya dalam berkarya, dari Ewing ia mendapatkan
sebuah pemahaman bahwa proses kreatif itu bisa didapat, bahkan dari sebuah
kemonotonan, tentunya semua itu tergantung pribadi yang mengolahnya, apa akan
dibuat menjadi suntuk atau bahkan menjadi sebuah ekspresi diri yang menjadikan
kekuatan bagi karya yang akan dibuat. Kemudian Ari, Mahasiswa Pendidikan Seni Tari
mengungkapkan, bahwa kuliah santai sore dapat memberikannya sebuah materi yang
tidak didapatkan di dunia perkuliahan secara formal. Hal serupa juga
diungkapkan oleh Raray Istianah, Mahasiswa Pendidikan Seni Rupa yang mengatakan
bahwa kuliah santai sore ini dapat menjadi suatu sharing pengalaman melalui
tanggapan seorang seniman mengenai karya seni yang dibuatnya yang
menjadi pemahaman dunia kesenirupaan saat ini.
Para peserta berharap, acara kuliah santai sore dapat
dilakukan secara rutin, sehingga pemahaman mereka mengenai dunia kesenirupaan
dapat terasah dengan baik. Selain itu,
acara kuliah santai sore dapat memberikan wawasan yang didapatkan secara
langsung melalui seniman sebagai pembicaranya.
Hal yang sangat mahal, mengingat diskusi mengenai kesenirupaan masih
sangat jarang dilakukan, terutama wilayah kampus Universitas Pendidikan
Indonesia.
*Penulis, Fahrul Satria N, Ketua Divisi Jurnalistik HIMASRA
Photo takked by : yuan, zam, gblh, budi