Teknologi
memang sudah menjadi sebuah gaya hidup. Seperti handphone, kini bisa
dikatakan menjadi barang primer dikalangan masyarakat kita, bahkan
banyaknya bisa melebihi jumlah dari penggunanya. Sama halnya dengan
sebuah kamera, saat ini sudah bukan menjadi barang aneh lagi, hampir
semua orang kini mempunyai kamera. Karena handphone yang dijual di
pasaran sekarang juga dilengkapi fasilitas kamera dengan resolusi
bermega-mega pixel.
Berbicara
tentang kamera, tentunya tidak jauh membicarakan tentang fotografi.
Karena kamera adalah alat paling populer dalam aktivitas tersebut. Pada
hari Selasa lalu tepatnya tanggal 24 September 2013, divisi seni murni
HIMASRA mengadakan kembali KSS (Kuliah Santai Sore), kali ini dibahas
mengenai fotografi bertajuk "Antara Gagasan, Estetik dan Teknik"
bertempat di Basement Jurusan Pendidikan Seni Rupa FPBS UPI, bersama
Sjuaibun Iljas sebagai pemateri dan Gumilar Pratama sebagai moderator.
Berikut ulasan acara KSS;
Kesadaran mendokumentasikan sebuah moment
kini sudah menjadi kebutuhan bahkan gaya hidup. Sebagian prilaku
masyarakat kini lebih leluasa berbagi sebuah gambar atau foto dengan
berbagai aplikasi, seperti Intagram yang menerapkan filter digital dan
membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial. Tak hanya itu kini
sebuah kamera sudah bisa di gunakan secara otomatis dengan tool-tool
atau fitur-fitur yang membuat objek foto terlihat biasa-biasa saja
menjadi lebih dari biasa. Pertanyaannya apakah semudah itu?
Dirangkum dalam materi Sjuaibun Iljas pada
KSS Selasa lau, dalam fotografi tentunya terkait dengan gagasan,
estetika dan teknis. Ketiga hubungan itu akan selalu ada. Seorang
fotografer yang baik harus bisa mewujudkan gagasan-gagasannya lewat
objek yang di potretnya. Fotografi tidak hanya asal memotret tapi juga
bagaimana cara membuat sebuah gambar terlihat baik. Fotografi tidak lain
mempunyai tujuan serta konsep penciptaan yang bermula dari ide dasar
yang berkembang dari implementasi praksis dengan dukungan peralatan dan
teknik melalui bahasa visual. Ada konsep estetik didalamnya, tidak hanya
masalah garis, warna, bentuk dll. Tetapi seperti objek, pencahayaan dan
komposisinya jelas sekali diperhitungkan dengan matang saat pemotretan.
Dalam mewujudkan hal tersebut tentunya berhubungan dengan penguasaan
teknik seseorang dalam mengambil gambar. Dari teknik-teknik itulah dapat
mewujudkan ide-ide tersebut.
Dengan perkembangan teknologi dan banyaknya softwaree-software olah digital, foto saat ini kadang di olah secara berlebihan dan melupakan kaidah-kaidah seperti warna, sumber cahaya, dll. Bila kepentingannya untuk pribadi hal ini sah-sah saja, namun masalahnya ketika foto itu di publish, pertanyaannya apakah orang lain akan menilai foto itu bagus-tidak? Sifat manusia umumnya butuh pengakuan, kadang banyak orang yang 'gatal' membagikan/mempublish foto yang sebenarnya telah melanggar kaidah, atau bahkan sebenarnya tidak perlu dibagian. Disini apresiaor akan menilai, jika baik tidak masalah, bila penilaiannya buruk? disini bisa merugikan reputasi dan nama baik kita sendiri. Keindahaan memang bersifat subjektif, tapi disini baiknya ketika ingin berbagi foto kita harus menyuguhkan yang terbaik. Sebetulnya dalam foto olah digital tidak ada masalah, selama tidak merugikan pihak manapun. Perlu diketahui fotografi yang natural, tanpa editing atau rekayasa peminatnya masih banyak.
Dengan perkembangan teknologi dan banyaknya softwaree-software olah digital, foto saat ini kadang di olah secara berlebihan dan melupakan kaidah-kaidah seperti warna, sumber cahaya, dll. Bila kepentingannya untuk pribadi hal ini sah-sah saja, namun masalahnya ketika foto itu di publish, pertanyaannya apakah orang lain akan menilai foto itu bagus-tidak? Sifat manusia umumnya butuh pengakuan, kadang banyak orang yang 'gatal' membagikan/mempublish foto yang sebenarnya telah melanggar kaidah, atau bahkan sebenarnya tidak perlu dibagian. Disini apresiaor akan menilai, jika baik tidak masalah, bila penilaiannya buruk? disini bisa merugikan reputasi dan nama baik kita sendiri. Keindahaan memang bersifat subjektif, tapi disini baiknya ketika ingin berbagi foto kita harus menyuguhkan yang terbaik. Sebetulnya dalam foto olah digital tidak ada masalah, selama tidak merugikan pihak manapun. Perlu diketahui fotografi yang natural, tanpa editing atau rekayasa peminatnya masih banyak.
Mengutip dalam tulisan Moch. Abdul Rahman tentang Etetika dalam Fotografi Estetik,
munculnya karya fotografi sebagai bentuk karya seni visual dua dimensi
menjadikan khasanah baru keberagaman seni visual. Pada awal kehadiran
media baru itu sempat membuat dunia seni lukis pada masanya dinyatakan
secara sarktis oleh pelukis prancis De la Roche bahwa "From today
painting is dead" (Turner, 1987:16). Dalam pandangan tersebut merupakan
suatu sikap kekhawatiran cukup beralasan yang cukup beralasan sebab
hadirnya teknologi fotografi secara teknik lebih cepat dan praktis dalam
proses menghasilkan karyanya serta memiliki nilai akurasi reproduksi
yang lebih tinggi serta flesibilitas ukuran pembesaran yang ditawarkan
yang dianggap lebih unggul bila dibandingkan dengan bentuk seni
rupa/visual lainnya. Dari kutipan itu bisa ditarik kesimpulan bahwa
fotografi merupakan bagian dari seni visual/seni rupa. Banyak pengertian
tentang apa itu fotografi. Dilansir bobpras.wodpress.com
fotografi bisa dikatakan merupakan seni melihat. Karena fotografi
mengajarkan pada kita
cara yang unik dalam melihat dunia dan sekaligus memberikan penyadaran
baru akan segala keindahan yang ada di sekitar kita – dalam kehidupan
sehari-hari manusia. Misalanya kita melihat figur seorang petani yang
bersimbah keringat di sawah atau diladang, kita melihat senyuman khas
keceriaan anak kecil dan lain sebagainya.
KSS hari itu menarik, banyak diperolah pengetahuan baru mengenai fotografi. Selain itu peserta KSS tidak hanya dari mahasiswa jurusan pendidikan seni rupa UPI saja, ada pula mahasiswa dari unpad dan mahasiswa jurusan lain. Mudah-mudahan kedepannya program ini dapat terus terlaksana dan tambah baik.